Gambar repro CNBC ndonesia.com
KENDAL, Minggu, 7 Mei 2023.
Beberapa waktu lalu redaksi johorejo.desa.id menurunkan tulisan perihal kesiapan Petani Menghadapi El Nino.
Sebagaimana kita ketahui El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Tahun 2023 ini, berdasarkan data yang dikumpulkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa Indonesia akan memasuki fase atau lebih tepatnya akan mengalami El Nino, yang berarti mayoritas wilayah Indonesia akan mengalami kekeringan akibat berkurangnya curah hujan.
Kondisi di atas juga mendapat perhatian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dikutip dari detik.com Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi suhu global akan terus meningkat karena fenomena cuaca El Nino yang dapat menyebabkan kekeringan parah di Indonesia.
Baca Juga : Indonesia Petani Menghadapi El Nino
Masih dari detik.com El Nino dapat memicu peristiwa cuaca dan iklim yang lebih ekstrem sehingga peringatan dini dibutuhkan untuk menjaga keselamatan orang-orang.
Pola iklim El Nino biasanya terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dengan durasi selama sembilan hingga 12 bulan. Hal ini biasanya terkait dengan pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.
Fenomena El Nino, diperkirakan dapat menyebabkan kekeringan parah dapat terjadi di Indonesia, Australia dan sebagian Asia Selatan. Selain itu, peningkatan curah hujan diprediksi terjadi pada bagian selatan Amerika Selatan, bagian selatan Amerika Serikat, Afrika dan Asia Tengah
Bagaimana? Sudahkah kita menyiapkan segala hal menghadapi kemungkinan bencana kekeringan. BMKG sudah memprediksi dan PBB juga sudah memperingatkan, tinggal kita menyikapinya. (SA).
Dipost : 07 Mei 2023 | Dilihat : 632
Share :