gambar repro Kompasiana
KENDAL, Senin, 1 Mei 2023.
Mendengar kata kondangan, yang terbenak dalam pikiran kita adalah kegiatan menyumbang (sekaligus memberi doa restu, seperti permintaan yang tertera di undangan) kepada orang yang mempunyai hajat (biasanya) pernikahan dan khitanan. Hal tersebut tentu benar adanya, karena istilah tersebut sudah "disepakati" secara umum oleh masyarakat.
Namun demikian, tidak semua daerah memaknai kondangan dengan memberi sumbangan dan doa restu kepada orang yang sedang mengadakan hajatan (pernikahan dan khitan) ada juga yang memaknai untuk kegiatan lain (akan kita bahas di akhir tulisan).
Kembali ke kondangan yang dimaknai sebagai menyumbang, ini juga sangat beragam bentuk, tradisi dan kebiasaan yang dilakukan.
Pertama kita akan bahas model undangannya. Lazimnya orang yang mempunyai hajat mengundang untuk hadir (kondangan) dengan secarik kertas, tetapi di bagian timur Pantai Utara Jawa Tengah (Demak, Jepara, Kudus, Pati dan Rembang), undangan hajatan pernikahan menggunakan berkat makanan.
Berbeda lagi dengan tradisi yang masih dipegang erat di daerah Batang, Pekalongan, Pemalang (walaupun sudah terkikis) undangan hajatan dengan cara lisan.
Kedua, dari sisi sumbangan yang diberikan saat kondangan. Sumbangan yang diberikan saat kondangan secara umum adalah uang, tetapi lagi-lagi tradisi di bagian timur Pantai Utara Jawa Tengah, sumbangan yang dibawa adalah beras yang dibawa dengan menggunakan baskom (jeding -Jawa red).
Ketiga, kehadiran di kondangan. Umumnya kondangan akan dihadiri oleh orang yang diundang saja baik lewat surat undangan, lisan maupun berkat, tetapi di beberapa daerah, ketika ada orang yang mengadakan hajatan, yang datang kondangan dalam rangka menyumbang bisa satu keluarga (bapak, ibu berserta anak-anaknya), kadang hadir bersamaan kadang sendiri-sendiri, dan masing-masing menyumbang, tidak ada istilah sumbangan "kolektif" satu keluarga.
Di Magelang, Wonosobo, Purworejo dan daerah sekitarnya tradisi itu masih lestari sampai sekarang.
==================================
Berbeda istilah kondangan di daerah Malang, Jawa Timur yang memaknai kondangan justru sebagai acara tasyakuran.
Tasyakuran menyambut Bulan Ramadhan, tasyakuran membeli mobil baru, tasyakuran mendirikan rumah. Kegiatan menggelar tasyakuran itu yang disebut kondangan.
Warga berkumpul di tempat orang yang mengadakan tasyakuran, mereka berkumpul, bercengkrama dan bersendau gurau menjalin keakraban antar warga sampai dengan diadakan doa bersama sebelum acara makan-makan. Acara biasanya dilaksanakan malam hari yang dihadiri kaum Adam.
Adapun di Klaten, kondangan dengan pemaknaan tersebut umumnya dilaksanakan siang hari yang dihadiri ibu-ibu dan anak-anak. (SA).
Disarikan dari berbagai sumber.
Dipost : 01 Mei 2023 | Dilihat : 5951
Share :