KENDAL, Jumat, (23 Juli 2021).
Dalam masa Pandemi COVID-19 sekarang ini, semua pihak merasakan dampaknya. Denyut nadi ekonomi tersendat, aktifitas Kemasyarakatan terhambat, dunia kesehatan collaps, pendidikan pun ikut-ikutan merasakan dampaknya.
Semua berteriak karena dampak dahsyat Pandemi COVID-19, pengusaha-pengusaha berteriak minta keringanan pajak dan subsidi tetek bengek, pedagang kecil menjerit omzetnya nyungsep, masyarakat umum riuh berharap bansos dan buruh-buruh pabrik menangis pilu kena PHK.
Di sisi lain, anak-anak masih dengan keriangannya bermain-main di sudut-sudut kampung atau komplek tanpa tahu apa yang sebenarnya yang terjadi, yang mereka tahu sekarang di larang ke Sekolah dan hanya boleh belajar secara online, yang sederhananya mereka artikan belajar melalui Handphone.
Faktanya, proporsi penggunaan gawai untuk belajar tidak lebih dari 5%, sisanya digunakan untuk mengakses youtube, game online dan sejenisnya. Sungguh ironis, bahkan konon yang "belajar" saat daring adalah para orang tua, bukan anak yang sekolah.
Semuanya harus diakhiri, sudah cukup anak-anak menjadi korban dari Pandemi COVID-19 sebagai akibat yang dirasakan orang tua mereka. Jangan ditambahi dengan mencabut hak-hak mereka atas pendidikan dengan memberi model sekolah daring yang tidak kunjung usai, yang hanya formalitas belaka tanpa ada ilmu yang diserap anak-anak.
Percepat penanganan COVID-19 dan vaksinasi termasuk kepada Guru dan anak-anak sekolah, segera buka sekolah tatap muka, jangan terlambat jika tidak ingin nantinya ada lost generation, karena sekolah daring hanya menciptakan generasi "game online".
Selamat Hari Anak Nasional. Hak anak adalah prioritas. (SA).
Dipost : 23 Juli 2021 | Dilihat : 798
Share :