Johorejo - Biografi Singkat Pencetus Halal Bi Halal

Biografi Singkat Pencetus Halal Bi Halal

Gambar repro Wikipedia

KENDAL, Sabtu, 22 April 2023.

Redaksi johorejo.desa.id sebelumnya telah menurunkan artikel tentang sejarah halal bi halal, yang salah satu versinya merupakan ide dari K.H. Abdul Wahab Hasbullah.

Ir. H. Soekarno, Presiden pertama RI kala itu, tahun 1948 prihatin dengan kondisi tanah air yakni pertikaian para pemimpin politik sangat meruncing, padahal Republik ini masih sangat muda sehingga terancam mengalami disintegrasi.

K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang dimintai saran Ir. Soekarno mencetuskan ide agar diadakan pertemuan para pimpinan partai politik dengan menggunakan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk saling bermaaf-maafan dan menghalalkan segala dosa antar mereka.

Maka pada Idul Fitri tahun itu pula, diadakan kegiatan yang diberi nama halal bI halal para tokoh dan pemimpin partai politik di istana negara, dan kemudian tradisi itu terus berkembang dan dilestarikan kegiatannya sampai sekarang.

Siapakah K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang memberi ide cemerlang kepada Presiden Soekarno untuk mengatasi situasi kritis saat itu dengan mengadakan acara yang diberi nama halal bI halal.

Mengutip dari Liputan6.com, K.H. Abdul Wahab Hasbullah adalah tokoh penting! Nahdlatul Ulama (NU) selain Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kiai wahab, demikian disapa, merupakan salah satu pendiri NU. Organisasi Islam ini berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.

Kiai Wahab lahir di Jombang, Jawa Timur pada 31 Maret 1888. Ia putra dari pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang KH Hasbullah Said dan Nyai Latifah.

Perjalanan menuntut ilmunya dimulai dari sang ayah. Kemudian ia melanglang buana ke berbagai pondok pesantren di Langitan, Mojosari, Tawangsari, Bangkalan, dan Tebuireng. Pendidikannya ia lanjutnya sampai negeri Makkah.

Di Tanah Suci ia berguru kepada Syekh Mahfudz At-Tarmasi, Ahmad Khatib Minangkabawi, Syekh Baqir al-Jugjawi, Kiai Muhtarom Banyumas, Kiai Asy’ari Bawean, dan Syekh Said Al-Yamani. Selama belajar di Makkah, ia tetap memperhatikan perkembangan politik nasional di Tanah Air.

Sepulangnya menuntut ilmu dari Makkah pada 1914, Kiai Wahab tidak langsung menetap di Tambakberas. Ia tinggal di rumah mertuanya, Haji Musa di Kampung Kertopaten, Surabaya.

Mendirikan 3 Organisasi Embrio NU

Kiai Wahab kemudian mendirikan kelompok diskusi yang diberi nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran. Kelompok diskusi ini populer dengan sebutan Nahdlatul Fikr (Kebangkitan Pemikiran).

Kiai Wahab bertemu dengan Mas Mansur di Surabaya yang baru pulang dari Mesir. Kedua tokoh muda ini sepakat membuat organisasi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran Islam. Organisasi ini kemudian diberi nama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri) yang mendapatkan legal-formal pada 1916.

Pada 1918 Kiai Wahab mendirikan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar). Organisasi ini menjadi pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia.

Tashwirul Afkar atau Nahdlatul Fikr, Nahdlatul Wathan, dan Nahdlatut Tujjar adalah tiga organisasi yang menjadi embrio berdirinya Nahdlatul Ulama. (SA). 

Sumber : Liputan6.com 


Dipost : 22 April 2023 | Dilihat : 3073

Share :